Selasa, 28 April 2015

pemilu langsung dan tidak langsung dilema?



PILKADA LANGSUNG SEBAGAI PROSES MENUJU KEDEWASAAN DEMOKRASI DI INDONESIA


 






DISUSUN OLEH:
1.     Andika Nur Prasetyo  (0420140047)
PRODI            :  TAB
KELAS/SEM  :  1


JURUSAN TEKNIK ALAT BERAT
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
2014/2015

Abstrak
Pemilihan umum kepala daerah di indonesia akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik, Setelah perdebatan yang dilakukan oleh kedua penguasa negeri ini yaitu koalisi indonesia hebat yang menguasai eksekutif dan koalisi merah putih yang menguasai legislatif, Masing-masing dari mereka saling adu kekuasan saling adu argument untuk mempertahankan pendirian mereka. Moment ini merupakan moment yang bagus untuk pembelajaran demokrasi di negeri ini, namun sayang karena ada kepentingan lain sisetem demokrasi kita telah di cederai oleh oknum yang mengatasnamakan rakyat. Para petinggi tak mau kelihatan kalah di depan rakyat, akibatnya masalah ini tak kunjung usai seperti tak ada ujung penyelesainaya.
Sebagai masyarakat yang peduli tehadap nasib bangsanya kita berhak untuk mengemukakan pendapat, untuk menentukan nasib bangsa kita kedepanya. Kita ingin di negara tercinta ini sistem demokrasi yang dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat benar benar di jalankan di negeri ini.
Kedewasan berdemokrasi akan muncul ketika demokasi itu sendiri di jalankan. Bagaimana cara kita mendewasakan rakyat tetapi hak-hak rakyat itu sendiri di renggut oleh para penguasa yang hanya mementingkan golonganya saja tanpa memperhatikan akibat yang di timbulkan.
Sebagai acuan pilkada langsung itu merupakan contoh kongkrit dari sistem demokrasi yang berlandaskan asas dari rakyat oleh rakyat dan untuk rayat. Rakyat di tuntut aktif kepada pemerintahan begitu pula pemerintah di tuntut aktif untuk melayani masyarakat, ahirnya terjadi interaksi yang membangun sinergi untuk kemajuan bangsa indonesia. Jika sistem pilkada langsung di tiadakan maka interaksi pemerintah dengan rakyat tidak ada, dan akan menimbulkan sikap acuh tak acuh baik dari masyarakat maupun pemerintah yang berakibatkan negara ini akan mengalami kemunduran.


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah menganugrahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “ Pilkada langsung sebagai proses menuju kedewasaan demokrasi di indonesia”
            Paper ini kami susun dengan mengacu kepada refrensi-refrensi yang saya dapat baik dari media cetak, buku-buku bacaan, dan media yang lainya, berisi tentang kelebihan dan kekurangan pilkada yang diadakan secara langsung serta solusi dari pemecahan kekurangan pilkada langsung.
            Kami berharap paper ini dapat menjadi salah satu sarana bagi pembaca untuk menentukan sikap arah demokrasi kedepan agar kedewasaan demokrasi didalam diri muncul. Tentu lebih baik lagi bila paper ini tidak di jadikan satu-satunya pedoman untuk menentukan arah demokrasi kita, mengingat dari kesedrhanan dan keterbatasan yang ada.
            Terima kasih kami haturkan kepada dosen pendidikan pancasila yang telah membimbing penulis sehingga paper ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang berkenan memberikan kritik, saran, dan motivasi bagi kami untuk perbaikan paper ini.

Jakarta, 19 Desember 2014

Penulis                        




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Karya Ilmiah
            Regulasi tentang Pilkada menjadi topik hangat di negeri ini. Usulan agar pemilihan kepala daerah dikembalikan pada DPRD menuai pro-kontra. Sekali lagi, anak bangsa ini terbelah seperti di Pilpres kemarin. Kedua sistem pemilihan kepala daerah (langsung dan tak langsung), masing masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Pada sistem pemilihan kepala daerah secara langsung, partisipasi masyarakat sangat dimungkinkan. Sehingga kepala daerah yang terpilih lebih legitimate. Sementara pada pemilihan kepala daerah tidak langsung (DPRD yang memilih) tidak membutuhkan cost penyelenggaraan pemilihan yang besar. Juga lebih cepat dan efisien.
Kerikil mewarnai proses demokratisasi di negeri ini. Sistem pemilihan langsung, menyuburkan praktek money politic sebagai efek samping yang justru merusak tatanan kemasyarakatan serta sebagian sistem nilai. Misalnya ketulusan yang berganti pragmatisme material. Perbedaan pilihan dilevel grass root yang berakibat renggangnya relasi sosial kekeluargaan. Paman dan kemenakan bisa berseteru. Orang yang bersepupu bahkan bersaudara bisa jadi bermusuhkan karena pemilihan langsung. Sementara pemilihan kepala daerah melalui DPRD memberi ruang tersanderanya kepala daerah yang terpilih, oleh kepentingan tertentu dari DPRD.
Dalam kehidupan berpolitik pasti di warnai dengan berbagai masalah yang timbul akibat perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan, dan perbedaan golongan. Tetapi semua itu pasti ada solusinya, di dalam penulisan ini penulis juga berusaha untuk memberikan pemaparan tentang solusi yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan tentang kekuragan pilkada langsung sebagai contoh money politik dapat kita selesaikan dengan penegakan atau peran serta penegak hukum lebih diaktifkan lagi.
Pilkada seebagai tempat masyarakat untuk berlatih demokrasi dengan benar telah di nodai oleh seklompok golongan yang mengatasnamakan keadilan. Namun sebagai masyarakat yang mempunyai kewajiban kepada negara untuk memberikan yang terbaik penulis mencoba mengungkapkan tentang kelebihan pilkada langsung, kekurangan pilkada langsung, dan solusi dari kekurangan pilkada langsung, di harapkan setelah pembaca membaca peaper ini pembaca menjadi yakin bahawa pembelajaran demokrasi harus tetap berjalan dan tidak boleh dirusak dengan adanya kepentingan golongan semata. Pilkada langsung harus tetap ada karena itu merupakan pembelajaran masyarakat untuk berdemokrasi yang sebenar-benarnya. Semoga dapat di terima oleh pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas penulis menjabarkan rumusan masalah menjadi:
1.      Bagaimana kelebihan pilkada langsung?
2.      Bagaimana kekurangan pilkada tidak langsung?
3.      Bagaimana solusi untuk pilkada langung supaya tidak memiliki kekurangan?
1.3 Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, penulis membatasi eksperimen pembuatan menjadi :
1.      Kelebihan di analisis dari pilkada langsung yang sudah terjadi.
2.      Kekurangan di analisis dari pilkada langsung yang sudah terjadi.
3.      Solusi di jabarkan untuk menyelesaikan atau memperbaiki kekurangan pilkada langsung.
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penulisan ini penulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca tentang pentingya pilkada langsung
1.5 Manfaat penelitian
1.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan pilkada langsung
2.      Mengetahui solusi untuk menghilangkan kekurangan pilkada langsung

1.6    Metode penelitian
A.      Metode Studi pustaka
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku atau sumber sumber yang berkenaan dengan masalah yang dibicarakan. Pembahasan tentang pilkada langsung juga tidak lepas dari buku atau referensi referensi lainya yang berkenaan dengan masalah tersebut.

















BAB 2
ISI

2.1 Kelebihan Pilkada langsung
            Dalam proses menentukan siapa yang akan menjadi kepala daerah maka diadakanlah pemilihan umum untuk menentukan siapa yang pantas di angkat menjadi kepala daerah. Dalam hal ini penyelenggara pilkada yaitu KPU menyelenggarakan pilkada langsung sesuai dengan berlakunya Undng-Undang nomor 22 tahun 2007, adapun keuntungan pilkada langsung sebagai berikut:
2.1.1  Kriteria calon-calon peserta pilkada bisa langsung mendapat perhatian masyarakat.
Pilkada langsung, kriteria calon-calon peserta pilkada bisa langsung mendapat perhatian masyarakat. Karena yang akan memilih adalah rakyat jadi para calon peserta pilkada mendapat perhatian dari rakyat, adanya perhatin dari masyarakat secara tidak langsung rakyat bisa menilai para calon peserta pilkada mana yang lebih baik dan mana yang kurang baik. Ini tentu sebuah sistem demokrasi yang kita harapkan dimana masyarakat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh calon peserta pilkada. Berbda dengan pilkada tidak langsung masyarakat di butakan dengan sifat yang dimiliki calon peserta pilkada karena yang memilih bukanya rakyat tapi DPRD, sehingga rakyat tidak mengetahui persis sifat yang di miliki calon peserta pilkada.
2.1.2 Dalam pilkada langsung rakyat memiliki hak politik dan rakyat berdaulat menentukan siapa yang akan memimpin.
Dalam pilkada langsung rakyat memiliki hak politik dan rakyat berdaulat menentukan siapa yang akan memimpin. sehingga yang dipilih adalah mereka yang di kehendaki menjadi pemimpin. Dalam hal ini karena pemimpin di pilih oleh rakyat dan di kehendaki oleh rakyat pemimpin menjadi memiliki rasa tanggungjawab tersendiri kepada masyarakat karena pemimpin merasa dirinya mendapat amanah dari rakyat bukan DPRD. Berbeda dengan pemilihan tidak langsung pemimpin lebih bertanggung jawab kpada DPRD yang telah memilih dirinya dengan demikian pemimpin yang terpilih lebih fokus menyenangkan para anggota DPRD supaya terpilih kembali di pilkada selanjutya sementara tanggung jawabnya kepada rakyat di abaikan ahirnya timbul kesan pemimpin jauh dari rakyat.
2.1.3  Kepala daerah yang terpilih memiliki beban Ia harus memperhatikan kepada rakyatnya, karena ia dipilih oleh mereka.
Karena kepala daerah langsung dipilih oleh masyarakat, kepala daerah yang terpilih memiliki beban Ia harus memperhatikan kepada rakyatnya, karena ia dipilih oleh mereka, tidak kalau dipilih dewan. Pasti beda moral dan tanggung jawab kepada masyarakat. Beaban yang di pikiul pemimpin akan menjadikan pemimpin bekerja keras untuk mensejahterakan rakyat. Setiap tindakan pemimpin selalu merasa di awasi oleh rakyat. Berbeda dengan pemilihan tidak langsung pemimpin tidak memiliki beban sehingga mereka hanya berorientasi kepada citra mereka di mata DPRD. Ini berakibatkan pemimpin lebih sibuk kepada pencitraan di mata DPRD ketimbang beban tugasnya sebagai pemimpin.
2.1.4        Hasil pilkada langsung legitimasinya lebih kuat
Hasil pilkada langsung legitimasinya lebih kuat, pemimpin yang di pilih oleh rakyat otomatis mendapatkan suara atau dukungan dari banyak masyarakat yang berarti hasilnya tidak bisa di ganggu gugat karena merupakan suara dari kebanyakan masyarakat bukan dari sebagian orang sebagai contoh :
·         Pilkada secara langsung diadakan dipurbalingga, dengan jumlah penduduknya 40 juta orang mengadakan pemilihan umum diikiuti oleh 30 juta orang. perolehan suara yang didapat adalah untuk calon A 25 juta sementara calon B 5 juta secara matematis calon A mendapatkan dukungan dari rakyat:
 = 62,5 %
Dan calon A menjadi pemimpin daerah purbalingga dengan legitimasi yang kuat karena mendapatkan 62,5% suara rakyat.
·         Purbalingga terdiri dari 40 juta penduduk. mengadakan pemilihan tidak langsung, purbalingga terdiri dari 50 anggota DPRD calon A mendapatkan dukungan dari 40 anggota DPRD sementara calon B mendaapat dukungn 10 anggota DPRD secar matematis.
 = 0,0001%
Calon A meskipun secara hukum menang dan berhak menjadi kepala daerah purbalingga tapi dia hanya mendapatkan 0,0001 % suara rakyat. Sangat ironis jika hanya mendapatkan sekian persen dapat menjadi pemimpin daerah.

2.2 Kekurangan pilkada langsung
Dalam setiap sistem yang di terapkan dalam proses demokrasi pasti sistem itu memiiki kekurangan dalam pelaksanaknya. kekurangan itu merupakan suatu hal yang wajar, dan itu merupakan fase untuk bangsa kita belajar dari kekurangan yang kita hadapi sehingga kekurangan itu dapat menjadi pembelajaran untuk kedewasaan berdemokrasi .seperti halnya pilkada langsung. Berikut kami jabarkan tentang kekurangan pilkada langsung.

2.2.1 Pilkada langsung dari sisi biaya lebih mahal
pilkada langsung dari sisi biaya lebih mahal  karena APBD harus membiayai pilkada langsung sekitar Rp20 miliar untuk pilkada langsung di tingkat kabupaten atau kota. Kalau ditingkat provinsi, biayanya bisa Rp200 miliar sampai Rp400 miliar. Ini menyebabkan anggaran kita habis cuman untuk memilih pemimpin.
2.2.2 Pilkada langsung seringkali menimbulkan konflik horizontal.
pilkada langsung seringkali menimbulkan konflik horizontal perbedaan kepentingan, perbedaan pemikiran, perbedaan selera terhadap pemimpin di masyrakat menimbulkan gesekan gesekan. sering terjadi dalam pilkada aksi saling ejek, memaki, menghina antra calon pemimpin, antra masa pendukung satu dengan yang lain, membuat pendukung masing masing calon terpancing emosi dan sering memicu konflik yang berkepanjangan.
2.2.3 Politik uang merajalela
Dengan pilkada langsung politik uang merajalela sampai ke masyarakat akar rumput. Ini tidak baik untuk pembelajaran sistem demokrasi di negeri kita, karena demokrasi tidak dapat di beli dengan uang demokrasi murni dari hati nurani.
2.3 Solusi mengatasi kekurangan pikada langsung
            Dalam setiap sistem yang di terapkan dalam proses demokrasi pasti sistem itu memiiki kekurangan dalam pelaksanaknya. kekurangan itu merupakan suatu hal yang wajar, dan itu merupakan fase untuk bangsa kita belajar dari kekurangan yang kita hadapi sehingga kekurangan itu dapat menjadi pembelajaran untuk kedewasaan berdemokrasi. Sebagai warga yang baik kita harus bisa memecahkan atau memberikan solusi agar kekurangan itu dapat di hilangkan. Berikut kami jabarkan solusi-solusi untuk menghilangkan kekurangan-kekurangan pada proses pilkada langsung
2.3.1 Pilkada langsung dari sisi biaya lebih mahal Pemilihan gubernur, bupati, dan walikota digelar serentak.
Pemilihan gubernur, bupati, dan walikota digelar serentak. Itu akan lebih murah dan efisien. jika sebelum di adakan serentak membutuhkan biaya sebesar 20 miliar untuk tingkat kabupaten atau kota 200 miliar sampai 400 miliar untuk tingkat provinsi. kita bisa tekan anggaran dengan melakukan pilkada serentak, jadi anggaran untuk logistik, pengiriman loistik, gaji panitia pemungutan suara dapat di tekan, sebagai contoh
·         Pemilihan umum daerah di adakan di jawa tengah, yang terdiri dari 130 kabupaten dan kota .
Sebelum serentak:
a.       pemilihan gubenur memerlukan :
i.        logistik pilkada          : 190 miliar
ii.      pengiriman logistik    : 50 miliar
iii.    honor panitia pilkada : 60 miliar
jumlah                              : 300 miliar

b.      Pemiihan bupati
i.        Logistik pilkada         : 15 mliar
ii.      Pengiriman logistik    : 2 miliar
iii.    Honor panitia pilkada : 3 miliar
Jumlah                             : 20 miliar X 130 daerah= 2600 miliar
Jadi, jumlah keseluruhan untuk mengadakan pilkada tidak serentak di jawa tengah adalah 300+2600 = 2900 miliar.
Sesudah serentak :
a.       Pemilihan umum memerlukan :
i.        logistik pilkada tingkat provinsi          : 190 miliar
ii.      logistik pilkada tingkat kabupaten       : 10 miliar X 130                                                = 130 miliar
iii.    pengiriman logistik                             : 50 miliar (diambil dari pilkada gubenur karna di lakukan serempak maka pengiriman juga cuman 1 kali)
iv.    honor panitia pilkada                          : 60 miliar (di ambil dari pilkada gubenur karena gaji untuk panitia cuman 1 kali)
jumlah                                                       : 1600 miliar

jadi jumlah bianya yang di butuhkan untuk pemilihan umum dijawa tengah jika di adakan serempak hanya membutuhkan biaya 1600 miliar.

Setelah penjabaran anggaran pilkada serempak dan tidak serempak di atas saya jabarkan, jadi maslah pilkada langsung yang di anggap menghabur-hamburkan uang rakyat tidak menjadi masalah lagi karena dapat di cari solusinya dengan pilkada serempak. Anggaran yang tadinya 2900 miliar untuk pilkada pada tingkat provinsi dan kabupaten dapat di tekan dengan hanya mengeluarkan 1600 miliar jadi dapat menghemat biaya 1300 miliar.
2.3.2 Pilkada langsung seringkali menimbulkan konflik horizontal, Konflik horizontal bisa diatasi dengan partisipasi aktif masyarakat dan negara.
Konflik horizontal bisa diatasi dengan partisipasi aktif masyarakat dan negara. Konflik yang terjadi di akibatkan karena adanya masa pendukung ataupun calon pemimpin saling ejek, menghina, menjelek-jelekan antar calon peserta pemilu pilkada. Negara itu ada Polri, polri dapat menegahi konflik tersebut, polri harus berperan aktif dan memberi sangsi tegas terhadap oknum yang memancing atau memprovokasi terjadinya konvlik horisontal. Kembali lagi ke diri kita sendiri, dalam agama apapun mengejek menghina menjelek-jelekan tidak di ajarkan, seharusnya sebagai masyarakat yang berpedoman kepada negara pancasila yang berketuhanaan dapat mengontrol dirinya agar tidak terjerumus kepada tindakan yang menyebabkan terjadinya konflik.  kembali ke pembelajaran sistem demokrasi, memang fase yang harus di hadapi indonesia untuk menciptakan demokrasi yang sebenar-benarnya yaitu tak lepas dari adanya konflik, maka dari itu wajar jika terjadi konflik-konflik yang terjadi akibat pilkada langsung, namun seiring waktu konflik itu akan hilang dengan terus berkembangya atau dewasanya masyarakat indonesia terhadap sistem demokrasi. Tidak dengan pilkada tidak langsung yang malah menjadikan masyarakat pasif terhadap demokrasi yang terjadi di indonesia, itu sama dengan pembunuhan demokrasi.

2.3.3 Dengan pilkada langsung politik uang merajalela sampai ke masyarakat akar rumput. Panwaslu dalam hal ini harus lebih berani.
Memang sering ada ungkapan-ungkapan jika sedang berlangsungnya pesta demokrsi di indonesia. Ungkapan itu antara lain:
 nomer piro wani prio” yang berarti nomer berapa berani bayar berapa.
“ada uang anda menang ngga ada uang anda di tendang”
Ungkapan-ungkaan di atas mengambarkan masih maraknya politik uang yang beredar di masyarakat jika pemiliahan langsung di adakan. Namun semua itu suadah mulai hilang seiring kedewasaan berdemokrasi, hanya seglintir oknum orang yang masih memanfatkan event pemilu sebagai sarana mencari pundi-pundi pengasilan. Panwaslu dalam hal ini harus lebih berani lagi memberikan sangsi yang tegas terhadap oknum yang tertangkap basah melakukan politik uang, baik dari peseta pemilu ataupun masyarakat, itu menjadi penting karena sebagai contoh nyata supaya oknum-oknum yang tidak tertangkap merasa jera sehingga politik uang di sistem demokrasi indonesia dapat di hapuskan. Kedewasan demokrasi harus selalu di bangun memang demokrassi tak lepas dari adnya politik uang tapi itu merupakan proses menuju kedewasaan demokrasi di indonesa. Bagaimana cara kita mendewasakan masyarakat untuk lebih dewasa jika demokrasi itu sendiri di renggut oleh pemerintah yang hanya mementingkan kepentingan politik semata. Harusnya para politisi-politisi di indonesia sadar bahwa kedewasaan demokrasi akan muncul jika demokrasi terus berjalan







BAB 3
kesimpulan
Dari berbagai argument yang saya kemukakan sudah selayakya pilkada di adakan secara langsung karena pilkada langsung merupakan bentuk dari demokrasi yang sesungguhya. rakyat memiliki hak politik, rakyat berdaulat untuk menentukan siapa pemimpinya. Ya walapun masih ada kekurangan tetapi semua kekurangan itu dapat di atasi dengan berbagai solusi. Jika pilkada diadakan secara tidak langsung berarti telah mencederai hak politik rakyat dan merusak kedaulatan rakyat untuk berdemokrasi. Kedewasan demokrasi harus selalu di bangun memang demokrasi tak lepas dari adanya masalah-masalah politik tapi itu merupakan proses menuju kedewasaan demokrasi di indonesa. Bagaimana cara kita mendewasakan masyarakat untuk lebih dewasa jika demokrasi itu sendiri di renggut oleh pemerintah yang hanya mementingkan kepentingan politik semata. Harusnya para politisi-politisi di indonesia sadar bahwa kedewasaan demokrasi akan muncul jika demokrasi terus berjalan. Sekali lagi sebagai anak bangsa yang membawa kemajuan negara harus memiliki sikap harus bisa menentukan arah yang kebih baik.








Daftar pustaka
·      Santosa Sembiring, 2009 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Pemerintahan Daerah (pemda), Bandung, Nuansa Aulia
·      www.wikipedia.com